Milkshake Favorit; Membuat Hati Tak Mau Berpaling Lagi
Add caption |
Musim hujan sudah mulai menaungi kita sejak beberapa bulan yang lalu. Bahkan intensitas air hujannya masih lebat hingga kini di berbagai daerah Indonesia. Biasanya makanan dan minuman yang hangat akan sangat ramai digandrungi pengunjung. Sepertiku saat ini. Meski hujan melanda, aktivitas tidak boleh terganggu. Membaca merupakan satu hal yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Apalagi ada something warm yang menemani, yaitu POP ICE Milkshake rasa Taro. POP ICE? Bukannya itu cuma bisa dinikmati pakai es ya? Eit, tunggu duluu... POP ICE selain bisa dinikmati saat cuaca panas dengan ice blend-nya, POP ICE juga bisa dinikmati dengan air panas. Apalagi jika ditambah parutan jahe, hmmm... Badan menjadi terasa hangat.
***
Teman-teman, pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya POP ICE Milkshake, kan?. Milkshake favorit yang bisa kita dapatkan dimanapun dengan harga yang terjangkau, tanpa harus mengocek kantong dalam-dalam. POP ICE kini juga tidak hanya dijual secara sachet, melainkan sudah banyak kedai minuman yang menyediakan topping dan campuran lain agar POP ICE Idolaku semakin asyik disantap, seperti ditambah choco chip, wafer, susu kental manis coklat, cincau, dan lain sebagainya. Dijamin, POP ICE akan semakin enak disantap dengan cara yang mudah juga harga yang murah.
POP ICE tidak hanya bisa dinikmati saat cuaca panas, namun di cuaca yang dingin POP ICE masih tetap bisa menemani kita. Cukup diseduh menggunakan air panas, POP ICE favorit sudah bisa kita nikmati.
Picture 1. Menikmati POP ICE di kala panas terik |
Picture 2. Atau bisa juga menikmati POP ICE Hangat di kala cuaca dingin |
Kalau berbicara soal milkshake favorit, tentu aku punya 1 POP ICE Milkshake favorit yang sampai saat ini selalu aku coba tanpa rasa bosan. Meski pada awalnya harus menghindari dulu POP ICE Favorit itu, tapi bagaikan tertakdir, kami kembali bersama. Semua hanya sebuah kesalahpahaman belaka.
INI CERITAKU......
Kalian pernah tidak
merasakan hal yang awalnya kalian tidak suka tapi pada akhirnya kalian berbalik
arah menyukainya? Seolah menjadi jawaban bahwa ‘Jangan membenci terlalu keras
karena kelak kau akan mencintainya tanpa lepas’. Eaaakkk... Dan pengalaman ini
aku alami saat aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama.
Saat itu aku baru
mengenal yang namanya POP ICE, sekitaran tahun 2007. Lagi booming-nya iklan POP ICE di televisi saat itu. POP ICE pertama
kali aku beli di kantin di seberang sekolah yang menjajakan POP ICE dengan cara
diseduh menggunakan campuran antara air hangat dan es batu, diaduk di dalam
cangkir tanpa memblendernya. Lalu
memasukkannya ke dalam kantong plastik. Aku pikir aku dibohongi oleh penjualnya
karena di iklan POP ICE yang aku tonton, POP ICE-nya ‘wajib’ diblender. Tapi
saat melihat teman-teman tampak biasa saja menyeruput POP ICE yang sudah mereka
beli, akupun merasa biasa saja. Aku membeli 1 sachet POP ICE rasa Taro.
Niatnya mau bikin sendiri di rumah. Rasanya akan lebih afdol jika POP ICE
dibuat dengan cara diblender daripada hanya diseduh menggunakan air panas, yang
kemudian dicampur es batu.
Sesampainya di rumah,
aku langsung mengambil blender di dapur. Kebetulan blender saat itu sedang
ditiriskan di dekat bak pencucian piring. Sepertinya baru dicuci oleh ibu,
gumamku. Blender pun aku pasang, kemudian menyiapkan bahan-bahan lainnya semisal air putih, es batu dan tentu POP ICE rasa Taro.
Setelah semua bahan
dikumpulkan, dimasukkan satu per satu ke dalam blender, kemudian diblendlah semua
bahan-bahannya termasuk POP ICE Taro. Selama melihat bahan-bahan
dilumatkan oleh besi penggiling di dalam kaca blender, harum semerbak Taro
menyeruak di hidungku. Membuat rasa hausku semakin kuat dan ingin meneguk
kesejukan dan kelezatan POP ICE Taro. Dan tak perlu menunggu waktu lama, POP
ICE Taro-kupun jadi.Segera kucicipi POP ICE
yang sudah kutuangkan ke dalam gelas itu. Tiba-tiba di
tenggorokanku ada sesuatu yang menusuk-nusuk. Rasanya aneh. Tidak enak. Seperti rasa mint yang sangat banyak terkumpul di
tenggorokan. Dulu, aku bukanlah anak yang suka dengan rasa mint apalagi rasa pedas dari cabai dan merica. Bikin sakit
tenggorokan, lidah, dan rongga hidung. Makanya saat aku tahu rasa Taro ada
sensasi mint nya, aku langsung tidak
suka dengan POP ICE Taro.
Beberapa bulan
berikutnya, aku tidak mau lagi minum POP ICE. Rasa apapun itu. Karena sudah
merasa trauma dengan rasa mint-nya.
Tapi, saat berkunjung ke warung di seberang sekolah itu, aku merasa
terpanggil-panggil oleh POP ICE Taro yang dulu sempat aku campakkan. Belaian
rentengan sachet-nya yang terhembus angin di siang itu, membuatku melirik ke
arah POP ICE itu lagi. Merasa tak enak hati mengabaikan POP ICE Taro itu,
akupun mencoba untuk membeli POP ICE Taro itu lagi. Kali ini dengan minta
diseduh oleh bapak penjual.
Saat POP ICE Taroku
telah selesai dibuat, akupun menyeruput seperti biasa. Tidak ada ekspektasi
apa-apa karena sudah tahu rasanya. Tapi seketika suasana hatiku berubah. Bagai
berada di taman yang penuh bunga-bunga, hatiku bermekaran saat meneguk POP ICE
Taro. Aku menanyakan kepada Bapak penjual apakah benar POP ICE yang aku pesan
ini POP ICE Taro? Ia mengiyakan apa yang kutanyakan. Berulang kali aku
tanyakan, sampai Bapak Penjualnya jenuh. Bagaikan tak percaya pada apa yang
tadi aku telan dan aku pegang, aku merasa bahagia. Dan langsung pulang ke
rumah. Ingin menceritakan kelezatan POP ICE Taro ini pada ibuku.
Sesampainya di rumah,
ibuku tertawa saat aku menceritakan pengalamanku tentang memblender POP ICE
Taro dulu. Ia mengatakan bahw blender yang kupakai mungkin blender yang dipakai
ibu memblender bumbu dan mungkin di dalamnya ada sisa cabai dan bau merica yang
masih lengket. Lagipula, aku juga yang ceroboh langsung menggunakan blender ibu
sembarangan. Padahal ada satu lagi blender yang biasa digunakan memblender
buah. Karena kecerobohanku, POP ICE Taro menjadi korban kesalahpahamanku. I am so sorry, baby....
Itu ceritaku bersama POP ICE Taro. Sejak saat itu hingga sekarang, POP ICE Taro masih
menjadi milkshake favoritku. Meski
semua rasa POP ICE sudah aku rasakan, tetap saja rasa rindu pada POP ICE Taro
tak tergantikan
(BONUS FOTO) Foto bersama di pinggir sungai Musi |