26 Februari 2017

Add caption

Musim hujan sudah mulai menaungi kita sejak beberapa bulan yang lalu. Bahkan intensitas air hujannya masih lebat hingga kini di berbagai daerah Indonesia. Biasanya makanan dan minuman yang hangat akan sangat ramai digandrungi pengunjung. Sepertiku saat ini. Meski hujan melanda, aktivitas tidak boleh terganggu. Membaca merupakan satu hal yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Apalagi ada something warm yang menemani, yaitu POP ICE Milkshake rasa Taro. POP ICE? Bukannya itu cuma bisa dinikmati pakai es ya? Eit, tunggu duluu... POP ICE selain bisa dinikmati saat cuaca panas dengan ice blend-nya, POP ICE juga bisa dinikmati dengan air panas. Apalagi jika ditambah parutan jahe, hmmm... Badan menjadi terasa hangat.

 ***

Teman-teman, pasti sudah tidak asing lagi dengan yang namanya POP ICE Milkshake, kan?. Milkshake favorit yang bisa kita dapatkan dimanapun dengan harga yang terjangkau, tanpa harus mengocek kantong dalam-dalam. POP ICE kini juga tidak hanya dijual secara sachet, melainkan sudah banyak kedai minuman yang menyediakan topping dan campuran lain agar POP ICE Idolaku semakin asyik disantap, seperti ditambah choco chip, wafer, susu kental manis coklat, cincau, dan lain sebagainya. Dijamin, POP ICE akan semakin enak disantap dengan cara yang mudah juga harga yang murah.

POP ICE tidak hanya bisa dinikmati saat cuaca panas, namun di cuaca yang dingin POP ICE masih tetap bisa menemani kita. Cukup diseduh menggunakan air panas, POP ICE favorit sudah bisa kita nikmati.
Picture 1. Menikmati POP ICE di kala panas terik

Picture 2. Atau bisa juga menikmati POP ICE Hangat di kala cuaca dingin

Kalau berbicara soal milkshake favorit, tentu aku punya 1 POP ICE Milkshake favorit yang sampai saat ini selalu aku coba tanpa rasa bosan. Meski pada awalnya harus menghindari dulu POP ICE Favorit itu, tapi bagaikan tertakdir, kami kembali bersama. Semua hanya sebuah kesalahpahaman belaka.

INI CERITAKU......

Kalian pernah tidak merasakan hal yang awalnya kalian tidak suka tapi pada akhirnya kalian berbalik arah menyukainya? Seolah menjadi jawaban bahwa ‘Jangan membenci terlalu keras karena kelak kau akan mencintainya tanpa lepas’. Eaaakkk... Dan pengalaman ini aku alami saat aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. 

Saat itu aku baru mengenal yang namanya POP ICE, sekitaran tahun 2007. Lagi booming-nya iklan POP ICE di televisi saat itu. POP ICE pertama kali aku beli di kantin di seberang sekolah yang menjajakan POP ICE dengan cara diseduh menggunakan campuran antara air hangat dan es batu, diaduk di dalam cangkir  tanpa memblendernya. Lalu memasukkannya ke dalam kantong plastik. Aku pikir aku dibohongi oleh penjualnya karena di iklan POP ICE yang aku tonton, POP ICE-nya ‘wajib’ diblender. Tapi saat melihat teman-teman tampak biasa saja menyeruput POP ICE yang sudah mereka beli, akupun merasa biasa saja. Aku membeli 1 sachet POP ICE rasa Taro. Niatnya mau bikin sendiri di rumah. Rasanya akan lebih afdol jika POP ICE dibuat dengan cara diblender daripada hanya diseduh menggunakan air panas, yang kemudian dicampur es batu.

Sesampainya di rumah, aku langsung mengambil blender di dapur. Kebetulan blender saat itu sedang ditiriskan di dekat bak pencucian piring. Sepertinya baru dicuci oleh ibu, gumamku. Blender pun aku pasang, kemudian menyiapkan bahan-bahan lainnya semisal air putih, es batu dan tentu POP ICE rasa Taro.


Setelah semua bahan dikumpulkan, dimasukkan satu per satu ke dalam blender, kemudian diblendlah semua bahan-bahannya termasuk POP ICE Taro. Selama melihat bahan-bahan dilumatkan oleh besi penggiling di dalam kaca blender, harum semerbak Taro menyeruak di hidungku. Membuat rasa hausku semakin kuat dan ingin meneguk kesejukan dan kelezatan POP ICE Taro. Dan tak perlu menunggu waktu lama, POP ICE Taro-kupun jadi.Segera kucicipi POP ICE yang sudah kutuangkan ke dalam gelas itu. Tiba-tiba di tenggorokanku ada sesuatu yang menusuk-nusuk. Rasanya aneh. Tidak enak. Seperti rasa mint yang sangat banyak terkumpul di tenggorokan. Dulu, aku bukanlah anak yang suka dengan rasa mint apalagi rasa pedas dari cabai dan merica. Bikin sakit tenggorokan, lidah, dan rongga hidung. Makanya saat aku tahu rasa Taro ada sensasi mint nya, aku langsung tidak suka dengan POP ICE Taro.


Beberapa bulan berikutnya, aku tidak mau lagi minum POP ICE. Rasa apapun itu. Karena sudah merasa trauma dengan rasa mint-nya. Tapi, saat berkunjung ke warung di seberang sekolah itu, aku merasa terpanggil-panggil oleh POP ICE Taro yang dulu sempat aku campakkan. Belaian rentengan sachet-nya yang terhembus angin di siang itu, membuatku melirik ke arah POP ICE itu lagi. Merasa tak enak hati mengabaikan POP ICE Taro itu, akupun mencoba untuk membeli POP ICE Taro itu lagi. Kali ini dengan minta diseduh oleh bapak penjual.
Saat POP ICE Taroku telah selesai dibuat, akupun menyeruput seperti biasa. Tidak ada ekspektasi apa-apa karena sudah tahu rasanya. Tapi seketika suasana hatiku berubah. Bagai berada di taman yang penuh bunga-bunga, hatiku bermekaran saat meneguk POP ICE Taro. Aku menanyakan kepada Bapak penjual apakah benar POP ICE yang aku pesan ini POP ICE Taro? Ia mengiyakan apa yang kutanyakan. Berulang kali aku tanyakan, sampai Bapak Penjualnya jenuh. Bagaikan tak percaya pada apa yang tadi aku telan dan aku pegang, aku merasa bahagia. Dan langsung pulang ke rumah. Ingin menceritakan kelezatan POP ICE Taro ini pada ibuku.

Sesampainya di rumah, ibuku tertawa saat aku menceritakan pengalamanku tentang memblender POP ICE Taro dulu. Ia mengatakan bahw blender yang kupakai mungkin blender yang dipakai ibu memblender bumbu dan mungkin di dalamnya ada sisa cabai dan bau merica yang masih lengket. Lagipula, aku juga yang ceroboh langsung menggunakan blender ibu sembarangan. Padahal ada satu lagi blender yang biasa digunakan memblender buah. Karena kecerobohanku, POP ICE Taro menjadi korban kesalahpahamanku. I am so sorry, baby....

Itu ceritaku bersama POP ICE Taro. Sejak saat itu hingga sekarang, POP ICE Taro masih menjadi milkshake favoritku. Meski semua rasa POP ICE sudah aku rasakan, tetap saja rasa rindu pada POP ICE Taro tak tergantikan

(BONUS FOTO) Foto bersama di pinggir sungai Musi

Khimar Biru . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates