13 November 2021

Lumayan lama rasanya mengumpulkan niat untuk menuangkan memori yang ada di kepala menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca dan dinikmati setiap waktu. Walau terkadang cerita hidup seseorang tak begitu penting dan tidak terlalu diminati untuk dibaca, tapi yakinlah ia hanya ingin sekedar meringankan kepalanya dari cerita-cerita yang menumpuk. Sekaligus memperkerjakan otaknya untuk terus bekerja.

Kali ini, aku akan bercerita tentang perjuanganku untuk lolos tes CPNS di tahun 2018. Ya, kuajak teman-teman yang membaca ini kembali ke 3 tahun silam dimana kala itu tes CPNS sedang dibuka besar-besaran untuk daerah dan provinsi setelah di tahun 2017 seleksi CPNS dibuka hanya untuk instansi kementerian. Semangat menulis cerita yang sudah hampir terlupakan perjuangannya ini kembali mencuat saat orang tercinta a.k.a suami sedang berjuang di tes seleksi CPNS untuk ketiga kalinya. Waktu yang pas untuk menulis kembali cerita tentang perjuangan merebutkan kursi formasi CPNS di tahun 2018 silam. Bulan yang sama, hanya saja tahun dan kondisi yang berbeda. Kondisi dimana pandemi masih mengawasi dari kejauhan dan menyerang siapa saja yang lengah.

Kembali ke ceritaku. Setiap orang kala itu antusias mengikuti dan mempersiapkan euforia tes seleksi CPNS, termasuk diriku. Tahun itu adalah tahun pertama kalinya aku mengikuti tes seleksi dan entah kenapa aku dituntun untuk memilih kota Prabumulih sebagai tujuanku mengabdikan diri dan ilmuku. Berhari-hari kucoba mempelajari soal demi soal, mulai dari download-pasang-hapus aplikasi soal SKD yang banyak disajikan di Playstore, men-download soal-soal CPNS yang seliweran di internet, hingga nawaitu dengan sengaja aku membeli buku tes CPNS yang ketebalannya mencapai 500 halaman. Semua itu kulakukan hanya untuk mengukur diri sebatas mana aku bisa lolos tes CPNS. Bisakah mengimbangi nilai ketiganya, TWK, TIU, dan TKP agar bisa lulus passing grade semua? Seru bukan? Sesuai dengan slogan BKN kala itu, "ASN kini memang beda".

Keseruan seleksi tahun 2018 kala itu ditambah dengan cerita dari teman-teman seangkatan dan sekantor yang sudah mengikuti tes. Ada yang lolos dengan nilai yang pas dengan nilai ambang batas atau passing grade, ada juga yang lolos di TWK dan TIU tapi kurang di TKP alias gugurlah ia di tahap SKD. Tak hanya satu atau dua orang yang mengatakan kalau soal-soal TKP sangat susah. Ada yang mengatakan jawabannya tidak ada yang salah, hanya saja mesti memilih di antara kelima pilihan mana yang terbaik. Skor TKP itu bernilai 1 sampai 5, tak ada yang 0. Pilihan jawabannya abu-abu, tidak ada yang benar-benar hitam atau benar-benar putih. Semua tergantung bagaimana sisi idealis kita membantu menjawabnya.

10 November 2018, pukul 16:30 wib s/d 18:00 wib

Aku mendapatkan sesi kelima hari itu, dimana sesi kelima adalah sesi terakhir untuk mengikuti tes CPNS reg kota Prabumulih. Bertempat di Dining Hall, JSC Palembang. Karena aku dan suamiku berpergian dari Sekayu dengan menaiki travel dan menginap di rumah bibi di Pakjo, jadi kami menuju ke tempat tes menggunakan jasa Gojek agar tidak kena macet dan bisa sampai ke tempat tes tepat waktu.

Sepanjang perjalanan, tak lepas mataku dari pemandangan jalan yang juga diramaikan oleh manusia-manusia yang menggunakan pakaian hitam putih. Mereka sama sepertiku. Sama-sama berjuang untuk bisa lolos seleksi CPNS. Lautan manusia semakin nampak saat aku memasuki kawan JSC Palembang. Ada juga lapak-lapak kecil milik pedagang kecil ikut meramaikan tes seleksi itu. Menjadi berkah juga buat mereka mencari nafkah.

Gerbang besi yang kokoh di dalam kawasan JSC itu menjadi pembatas antara aku dan suami karena keluarga dan yang mengantar peserta seleksi tidak boleh ikut masuk. Aku berjalan seorang diri menuju tenda. Tak ada yang kukenal sore itu. Wajah-wajah yang bernaung di bawah tenda menunggu antrean verifikasi nomor nampak asing bagiku. Kalaupun ada kakak tingkat dan adik tingkat Gizi, pasti aku tahu tapi nyatanya tidak ada. Bahkan aku tak ada teman mengobrol. Handphone-ku kutitipkan ke suamiku beserta tasnya. Hanya KTP dan selembar kartu ujian yang kubawa masuk.

Perlahan antrean panjang itu kian menyusut. Kami sebagai peserta di sesi terakhir semakin mendekati pintu masuk ruangan tes. Tampak panitia yang berjaga melakukan pemeriksaan berlapis. Segala pemeriksaan dilakukan menggunakan metal detector. Bagi kami peserta yang berhijab, telinga kami diraba guna mengetahui apakah kami menggunakan anting atau ada headset yang menyumpal telinga.

Saat melewati pintu masuk, aku takjub melihat ruangan yang super besar itu diisi oleh komputer-komputer yang begitu banyaknya. Sebelum menuju ke meja ujian, kami diperiksa lagi oleh panitia-panitia yang bertugas di dalam ruangan. Mereka memeriksa kertas yang kami bawa, menuliskan PIN agar bisa mengakses komputer, dan melihat KTP untuk memastikan wajah yang ada di KTP sama dengan wajah yang nyata di hadapan panitia itu. Sesekali bertanya kenapa memilih Prabumulih sedangkan daerahku juga membuka penerimaan CPNS yang tak kalah banyaknya. 

Setelah itu, kami diarahkan oleh panitia untuk mengisi tempat duduk yang kosong. Aku mengikuti apa yang ditunjukkan oleh panitia, tidak nego dan tidak meminta untuk duduk dimana yang aku mau karena kupikir semua komputer sama saja, tempat duduk juga sama, bahkan kesejukan ruangan juga merata karena hembusan AC di dalam ruangan itu sangat besar. Di atas meja di depan layar komputer sudah disediakan beberapa lembar kertas buram dan pensil. Setelah semua peserta sudah dapat tempat duduk dan dipastikan komputer yang di hadapan mereka berfungsi, panitia seleksi mengajak seluruh peserta berdoa agar diberi kelancaran dalam menjawab soal. Serentak semua peserta menjadi diam dalam khidmat dan menundukkan kepala. Mengharapkan pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa di kala menjawab soal demi soal.

Tes pun dimulai. Dengan dimasukkannya PIN ke kolom yang tersedia, waktu yang ada dilayar komputerpun berjalan. Aku memulai dengan mengerjakan soal TWK terlebih dahulu. Soal TWK yang kudapat beragam. Keterkaitan sila-sila yang ada di Pancasila dengan soal cerita, nama tokoh PPPKI, tentang amandemen. Tak ada satupun soal tentang pasal yang aku dapatkan juga tak ada tanggal-tanggal persitiwa. Sungguh beragam soalnya dari soal yang temanku dapatkan. Lanjut ke TIU. Soal yang kudapatkan berisikan tentang deret angka yang angkanya bernilai ratusan (monangis), logika, figural, dan bangun ruang yang sisi-sisinya bernilai akar. Subhanallah banget ya soal yang aku dapatkan! Dan terakhir baru kukerjakan soal TKP. Saat melihat soal TKP, aku membenarkan apa yang dikatakan oleh teman-temanku yang sudah selesai mengikuti tes seleksi. Ternyata sesusah dan seidealis itu soalnya. Tapi aku tetap mengerjakan dengan lancar hingga bisa menyisakan waktu 30 menit untuk mengecek kembali soal-soal yang belum terjawab. Bahkan saking gabutnya, masih tersisa 10 menit. 10 menit terakhir itu aku mencoba mengerjakan ulang soal-soal yang sudah kujawab semua. Ada yang tetap dengan jawaban awal, ada yang salah dan kuberikan jawaban yang kuyakini benar, ada juga yang kutinggalkan dengan keraguan.

Pada akhirnya, waktu habis dan layar komputer menghentikan sendiri aktivitasnya. Dan alhamdulillah. Hasilnya aku lolos. Terharu adalah jalan ninjaku. Kutulis nilai yang kudapatkan di atas secarik kertas buram. Pensil itu dikembalikan ke panitia dan kertas buram dimasukkan ke dalam karung yang sudah disediakan.

Gambar 1. Nilai TWK, TIU, TKP (Masih tersimpan di belakang casing HP-ku)

Keluar dari ruangan, tak terasa hari sudah gelap. Aku tak sempat melihat ke komputer yang menyiarkan live score di bawah tenda. Aku langsung menuju ke pagar depan dan mencari suamiku. Di saat raganya tampak, aku langsung memeluknya. Berharap esok ia bisa lolos tes CPNS tahap pertama juga sepertiku.

Khimar Biru . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates