13 November 2021

Lolos passing grade  di tahap SKD membuatku sedikit lega karena bisa satu langkah lebih maju dari teman-teman yang lain. Tapi bukan berarti aku berpuas diri karena sainganku mungkin bisa memiliki skor yang lebih tinggi dariku. Kalau tidak hati-hati, aku bisa tergeser dari perangkingan untuk lanjut ke SKB.

Instansi yang kupilih adalah RSUD Kota Prabumulih, membuka formasi bagi 2 pelamar untuk bidang Nutrisionis Terampil. Untuk bisa lanjut ke SKB, selain harus lolos passing grade di ketiga jenis tes dasar (TWK, TIU, dan TKP), harus bisa masuk dalam perangkingan. Maksudnya? Kalau formasi yang dibutuhkan sebanyak dua orang, otomatis yang bisa lanjut ke tahap SKB adalah enam orang (formasi yang dibutuhkan dikali tiga). Keenam orang yang lolos tes SKD akan diurutkan berdasarkan skor akhir SKD. Semakin besar formasi yang diperlukan, semakin besar pula kessempatan untuk massuk ke perangkingan dan lanjut ke SKB. Begitu pula sebaliknya.

Gambar 1. Nilai SKD

Di dalam tabel di atas, hanya ada 5 orang yang lanjut ke SKB karena 5 orang tersebut yang lolos passing grade. Dan aku berada di posisi nomor 4. Mesti bekerja keras menjawab soal-soal di tes SKB agar bisa naik ke posisi nomor dua. Nilai yang kami peroleh pun rapat-rapat jadi sangat besar kesempatan untuk bisa menyalip lawan karena nilai SKB cukup besar, diberi bobot 60%.

10 Desember 2018 Pukul 14:30 wib s/d 16:00 wib

Hari tes SKB pun tiba. Lokasi tes SKB kali ini bertempat di Gedung Atyasa Palembang, lebih dekat dengan rumah bibi yang tinggal di Pakjo. Seperti biasa, aku diantar oleh suamiku. Kali ini tidak menggunakan jasa ojek online lagi melainkan menggunakan motor punya Maman, anak bibi. Setelah diparkir di tempat khusus parkir motor, aku dan suamiku beranjak menuju ke lokasi ujian. Agar tak salah arah dan ruangan, aku menanyakan lokasi ujian ke salah seorang peserta yang sepertinya sudah selesai melaksanakan ujian dan akan pulang. Beliaupun mengarahkan kami. Setelah berterima kasih, kamipun langsung menuju ke ruangan yang sudah ditunjuk kakak perempuan berhijab itu. Di sana, sudah banyak para peserta berpakaian hitam putih tengah duduk menunggu giliran absensi dan pemeriksaan. Masih tampak juga orang-orang yang berpakaian bebas yang tidak lain untuk mengantarkan keluarga mereka mengikuti tes SKB.

Saat yang dinantipun tiba. Para peserta tes dipersilakan masuk ke dalam gedung melalui pintu masuk yang sudah dijaga oleh panitia. Tinggal keluarga yang mengantarkan peserta saja yang duduk di sana sambil memperhatikan live score di televisi yang sudah disediakan. Selama aku mengikuti tes, aku belum pernah terpaku menatap layar itu. Begitupun suamiku. Mungkin tak nampak jika dilihat dari kejauhan karena keluarga dari peserta lain sudah stand by duduk di posisi paling dekat dengan layar.

Saat memasuki gedung, kami masih disuruh menunggu di ruangan terpisah. Tak kuingat berapa lama kami menunggu di ruangan yang hanya berisikan kursi dan meja panjang itu yang pasti cukup lama sampai-sampai aku mengantuk. Aku yang lagi-lagi tidak menemukan orang yang kukenal, hanya bisa melihat-lihat sekitar. Sesekali diajak ngobrol oleh peserta perempuan yang duduk di sebelahku. Dia adalah peserta satu-satunya yang lolos tes SKD di formasi yang ia pilih karena lawannya tidak lulus passing grade. Wah, tes SKB kali ini hanya formalitas untuknya. Beruntung juga, pikirku. Kalau mau diadu, tentu nasibku masih belum pasti. Masih terombang-ambing dengan pertanyaan-pertanyaan, 'Siapakah dua orang yang akan mendapatkan formasi itu?', 'Berapa ya nilai yang didapatkan lawan? Lebih besar dariku atau lebih kecil dariku?'. Sekelumit pertanyaan itu coba kutepis agar tidak membuat otakku menjadi beku. Setidaknya aku sudah berusaha, hiburku dalam hati. Tinggal nanti hasilnya kembali ke rejekiku atau tidak.

Tak terasa terdengar suara hujan dari luar gedung. Saking derasnya hujan, suaranya bisa menembus ke dalam gedung. Padahal tadi siang saat kami berangkat cuaca sedang teriknya. Hujan deras yang terdengar itu mengiringi kami menuju ruang tes. Masih dengan suasana ruangan yang lengkap dengan komputer dan meja panjangnya. Aku duduk bersebelahan dengan orang yang lagi-lagi tidak aku kenal. Hanya menyapanya dengan senyuman, kemudian mulai mengerjakan soal setelah diberi aba-aba oleh panitia.

Pertanyaan-pertanyaan yang kudapat lumayan mudah karena berkaitan dengan pendidikan terakhir, kesehatan umum, dan pekerjaan yang aku lamar. Karena aku melamar di rumah sakit, tentu pertanyaan yang kudapat berkaitan dengan tugas nutrisionis di rumah sakit, kasus pasien dengan penyakit khusus, diet yang digunakan, jumlah kebutuhan kalori yang menggunakan rumus perhitungan kalori Harris benedict, jumlah kebutuhan cairan, dan lain sebagainya. Kalau pertanyaan kesehatan umum, aku mendapatkan pertanyaan seputar KB, narkoba, UU tentang aborsi, nawacita presiden, SDG's, MDG's, dan lain sebagainya.

Tak terasa 1 jam 30 menit berlalu. Itu artinya tes sudah harus diakhiri dan terlihat skor akhir berapa di layar. Sayangnya aku tak ingat betul berapa angka yang kudapat saat itu tapi yang kutahu nilainya 300-an ke atas. Setidaknya aku merasa lega dan senang karena bisa melewati hari itu dengan baik. Semoga kabar dengan hasil yang diharapkanpun segera tiba.

31 Desember 2018

Setelah melalui kegalauan yang cukup lama karena pengumuman akhir untuk wilayah kota Prabumulih belum kunjung diumumkan, akhirnya malam itu di-release juga. Berkali-kali refresh halaman website agar cepat mendapatkan hasil. Kegalauan itu muncul setelah sebagian besar kota di wilayah Sumatera Selatan sudah mengumumkan hasil akhir tes CPNS 2018 dan beberapa kota memberikan nilai tambahan bagi putra putri daerah. Wajar kan kalau aku galau karena aku peserta yang bukan berasal asli dari kota Prabumulih. Sedangkan nilai aku dengan lawanku tak begitu jauh. Do'a yang selalu aku semogakan setiap waktu adalah agar sistem putera-puteri daerah itu tidak berlaku di kota yang kupilih ini.


Dan Alhamdulillah... Aku lulus. Aku bisa mendapatkan salah satu formasi itu. Akhirnya bisa menjadi bagian dari Aparatur Sipil Negara yang dipercaya untuk bisa mengabdikan diri di kota Prabumulih. New life story begin.

Dan satu kegalauan lagi. Aku dan suami mesti menjalani kehidupan Long Distance Marriage. Sedih sih, tapi sudah keputusan kami berdua. Sudah menjadi jalan kami untuk belajar mengatur emosi dan rindu sambil berharap akan dibukakan jalan ke depannya untuk kami bisa bersatu lagi. Entah aku yang akan pindah dari Prabumulih ke Sekayu setelah selesai sekian tahun, atau ia yang juga mengikuti jejakku menjadi ASN di sini.

Khimar Biru . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates